Sunday, February 12, 2017

Perbedaan signifikan antara Vapor, Shisha dan Rokok serta mengenal kandungan didalamnya

Lagi asik naik motor dalam perjelanan dari rumah dosen kerumah sambil menikmati keadaan palu dimalam hari dan benar saja malam ini terlihat seperti biasanya, dari kawasan MT haryono menuju Kapolres jalanan terlihat temaram ditemani lampu jalan yang sesekali menyapa saya perjalanan ke rumah. Dibenak muncul sedikit kekesalan, rupanya pria ini sedang memikirkan strategi menghadap ke UPT untuk meminta tanda tangan KRS yang ditolak oleh Dosen Wali. Kesal memang tapi bukan masalah KRS yang ingin saya ceritakan kepada teman – teman. Tadi dijalan, ketika saya sedang sibuk memikirkan tentang KRS, pas lewat pertigaan saya tidak sengaja melirik sebuah Distro yang didepannya terlihat seorang Pemuda dengan Kepulan asap yang menutupi hampir setengah badannya. Dari kepulan asap itu saya mulai menerka, kayaknya ini vapor.

Perkenalan saya dengan Vapor dimulai sejak tahun 2014 waktu saya tinggal dikalimantan, vapor diperkenalkan temanku yang bisa dikatakan paling Hits lah diantar teman – teman yang lain, Eva namanya. Sebenarnya saya bukan perokok aktif dan penikmat shisha. Tapi kalo disuruh coba ya saya paling cuma sekedar ngetes saja dan hasilnya pada saya disuruh coba vapor rasanya memang seperti rokok, tapi ada sensasi buahnya. Lumayan asik, tapi saya hanya sekali coba dan setelah itu berhenti. Karena berfikir kalo rokok dan sejenis nya akan mendatangkan penyakit berbahaya.

Kembali membicarakan anak tadi, dia terlihat kayak Jin yang baru keluar dari botol seperti yang dulu saya lihat disalah satu sinetron Indonesia, Kepulan asap itu menutupi sebagian mukannya. Dengan ketus saya mulai melempar argument diatas motor yang lebih terlihat seperti orang yang kurang waras, karena argumen tanpa lawan bicara yang siap mendengarkan. Kira – kira bunyinya seperti ini ”Natameme betul leh, masih navasa begitu so ba Vapor. Mending jago, anu cuma modal hisap buang hisap buang. Kasian betul kitorang yang perokok pasif, Enak nya didorang sakitnya dibagi - bagi ”. Argumennya tidak berhenti sampe menuju lampu merah Kimaja. Dan pada akhirnya dari jalan tadi muncul ide untuk menulis dan mencari tahu asal usul Vapor. Biar pintar sedikit dan tidak asal berargumen, saya berusaha mencari Komparasi vapor, Rokok dan Shisha yang notabene ketiganya adalah alat yang digunakan dengan cara yang sama yaitu dihisap.

                Vape atau yang lebih dikenal dengan Vapor adalah rokok elektrik yakni sebuah alternatif dari produk tembakau sebagai pengganti rokok. Rokok elektrik  adalah suatu perangkat dengan tenaga baterai yang menyediakan dosis nikotin hirup memberikan efek sama seperti merokok konvensional. Rokok ini memberikan rasa dan sensasi fisik yang hampir sama dengan asap tembakau hirup. Tapi, di dalam perusahaan tidak melibatkan tembakau, asap atau pembakaran.

Pada dasarnya vapor adalah hasil penguapan dari cairan yang diteteskan ke kapas yang telah dipanaskan oleh listrik. Rokok ini biasanya berbentuk tabung yang memanjang. Kalau soal baik atau buruknya efek vapor hingga saat ini belum diketahui secara pasti. Hingga saat ini masih menjadi pro dan kontra di kalangan masyarakat. Pengertian itu saya ambil dari Maraisehat.com dan karena masih belum yakin saya mencoba membuka thread kaskus yangmembahas soal perbedaan Vapor Rokok dan Shisha. Hasilnya seperti ini :


Stop Smoking, Start Vaping !! Ada yang salah dengan slogan tersebut. Entah bagaimana maksudnya, yang jelas, rokok, vapor, dan shisha adalah tiga hal yang sama secara teknis. Ketiganya sama-sama diisap dan mengeluarkan asap. Lalu, apa bedanya? Untuk rokok, mungkin kita semua udah pada tahulah, ya?

Nah, kalau vapor itu pada dasarnya, merupakan rokok elektronik yang kini telah menjadi alternatif bagi sebagian para perokok dan ada pula yang menjadikannya bagian dari gaya hidupnya. Secara konsep, vapor merupakan penguapan dari cairan yang diteteskan pada kapas yang dipanaskan oleh listrik. Sementara shisha atau hookah merupakan alat pengisap tembakau dari India yang pamornya mulai menyebar ke seluruh dunia. Untuk cara kerjanya nyaris sama dengan vapor, cuma bedanya, shisha memiliki filter yang lebih kompleks, karena menggunakan air sebagai media penyaringnya.


Kalau kamu mengisap rokok, paling mentok hasil pembakaran yang kamu hisap hanya melalui sebuah busa kecil disalah satu ujung rokok sementara vapor lebih kompleks.

Dalam vapor terdapat semacam lilitan kawat yang dialiri oleh listrik yang dapat menghasilkan panas untuk merangsang atau memanaskan liquid sehingga menghasilkan uap air yang akan memunculkan asap seperti orang merokok. Cara kerjanya cuma menggunakan sensor yang terdeteksi akibat adanya udara ( ketika diisap ). Udara itu akan mengaktifkan atomizer yang seketika akan menyemprotkan isi dalam tabung. Nah, untuk memunculkan asap seperti orang merokok, perlu bantuan propylene glycol yang terdapat dalam isi tabung.


Sedangkan shisha, jauh lebih kompleks. Alat untuk shisha menyerupai sebuah tabung atau lampu minyak yang cukup tinggi kalau ditaruh di atas meja. Di bagian bawah tabung terdapat sebuah bagian untuk air dingin yang difungsikan sebagai penyaring. Sementara bagian tubuh yang lebih ramping sebagai jalur pembakaran. Dan di bagian paling atas adalah bara api yang digunakan untuk membakar tembakau. Nah, karena filter shisha berupa air, banyak yang mengira shisha ini lebih aman dan baik untuk kesehatan, dari pada rokok dan vapor.


Hal yang menjadikan vapor terlihat aman bagi para konsumennya adalah karena nggak adanya keterangan berapa besar nikotin yang terkandung dari kemasannya. Meski sejatinya vapor merupakan alat yang berfungsi untuk mengubah zat-zat kimia menjadi uap ke paru-paru, tetap aja vapor ini bahaya. Karena sebenarnya, komponen dari vapor ini terdiri dari komponen penguap, baterai, pengatur elektronik, dan wadah untuk cairan yang akan diuapkan. Efek samping yang nggak kalah seramnya, yakni harga alat ini bisa ngalahin biaya hidupmu selama sebulan di kosan ! Mending buat beli makan.

Untungnya, sampai saat ini belum ada penelitian resmi yang objektif. Kabar baiknya adalah, vapor nggak mengandung tar seperti rokok tradisional. Tapi sayangnya, zat-zat dalam vapor ini diduga kuat dapat menyebabkan penyakit dalam jangka panjang, seperti kanker. Sebab, propilen glikol, gliserin, nikotin, dan perasa (aroma) juga berkontribusi dalam nikmatinya vapor.


Sebenarnya masih panjang tulisannya tapi saya takut kena Copyright wkwk, dan kesimpulan yang saya ambil dari penggunaan Vapor adalah, penggunaannya ternyata masih bisa dikatakan aman, tetapi tidak bisa dibilang aman secara keseluruhan 100 % wajib, pengecualian yang saya ajukan terhadap penggunaan vapor adalah adanya senyawa kimia cair yang terkonfersi menjadi gas. Terdengar berbahaya memang karena dampak yang ditimbulkan adalah kanker dan kawan kawan nya. Real Kanker ( cancer ) dan kanker Plesetan juga ( Red : kantong kering ) karena kalo bicara soal harga, vapor memang tidak murah. Tapi, jika berbicara soal senyawa kimia pemicu Kanker yang ada didalam Vapor berbahaya, menurut saya kita tidak bisa langsung menjudge bahwa Vapor itu tidak boleh dikonsumsi ( Red : dihisap). Banyak kok makanan yang sering kita konsumsi yang ternyata sudah dicampurkan dengan senyawa kimia biar bahanya tetap awet, seperti Mie Instan atau mungkin kita lebih familiar dengan kata penyedap rasa yang menjanjikan rasa umami pada makanan yang asal muasalnya dari senyawa kimia MSG atau Monosodium Glutamate. Semuanya berasal dari senyawa kimia juga gaes !! Pliss deh wkwk

                Jadi stigma tentang Vapor yang berbahaya untuk sementara saya katakan belum mencapai batas maksimum, karena belum mempunyai bukti empiris, sehingga pendapat miring saya tentang Vapor memang harus diperbaiki lagi karena tidak seperti rokok, Vapor terasa sedikit lebih aman.


                Bagaimana dengan anda ? apakah anda punya argument tersendiri atau bukti empiris terhadap keberadaan Vapor ? Share dikolom komentar yuk !!

0 komentar:

Post a Comment