Lagi asik naik motor
dalam perjelanan dari rumah dosen kerumah sambil menikmati keadaan palu dimalam
hari dan benar saja malam ini terlihat seperti biasanya, dari kawasan MT
haryono menuju Kapolres jalanan terlihat temaram ditemani lampu jalan yang
sesekali menyapa saya perjalanan ke rumah. Dibenak muncul sedikit kekesalan,
rupanya pria ini sedang memikirkan strategi menghadap ke UPT untuk meminta tanda
tangan KRS yang ditolak oleh Dosen Wali. Kesal memang tapi bukan masalah KRS
yang ingin saya ceritakan kepada teman – teman. Tadi dijalan, ketika saya
sedang sibuk memikirkan tentang KRS, pas lewat pertigaan saya tidak sengaja
melirik sebuah Distro yang didepannya terlihat seorang Pemuda dengan Kepulan asap
yang menutupi hampir setengah badannya. Dari kepulan asap itu saya mulai
menerka, kayaknya ini vapor.
Perkenalan saya
dengan Vapor dimulai sejak tahun 2014 waktu saya tinggal dikalimantan, vapor
diperkenalkan temanku yang bisa dikatakan paling Hits lah diantar teman – teman
yang lain, Eva namanya. Sebenarnya saya bukan perokok aktif dan penikmat shisha.
Tapi kalo disuruh coba ya saya paling cuma sekedar ngetes saja dan hasilnya
pada saya disuruh coba vapor rasanya memang seperti rokok, tapi ada sensasi
buahnya. Lumayan asik, tapi saya hanya sekali coba dan setelah itu berhenti.
Karena berfikir kalo rokok dan sejenis nya akan mendatangkan penyakit
berbahaya.
Kembali membicarakan
anak tadi, dia terlihat kayak Jin yang baru keluar dari botol seperti yang dulu
saya lihat disalah satu sinetron Indonesia, Kepulan asap itu menutupi sebagian
mukannya. Dengan ketus saya mulai melempar argument diatas motor yang lebih
terlihat seperti orang yang kurang waras, karena argumen tanpa lawan bicara
yang siap mendengarkan. Kira – kira bunyinya seperti ini ”Natameme betul leh,
masih navasa begitu so ba Vapor. Mending jago, anu cuma modal hisap buang hisap
buang. Kasian betul kitorang yang perokok pasif, Enak nya didorang sakitnya
dibagi - bagi ”. Argumennya tidak berhenti sampe menuju lampu merah Kimaja. Dan
pada akhirnya dari jalan tadi muncul ide untuk menulis dan mencari tahu asal
usul Vapor. Biar pintar sedikit dan tidak asal berargumen, saya berusaha
mencari Komparasi vapor, Rokok dan Shisha yang notabene ketiganya adalah alat
yang digunakan dengan cara yang sama yaitu dihisap.
Vape atau yang lebih dikenal dengan Vapor adalah rokok
elektrik yakni sebuah alternatif dari produk tembakau sebagai pengganti rokok.
Rokok elektrik adalah suatu perangkat dengan tenaga baterai yang
menyediakan dosis nikotin hirup memberikan efek sama seperti merokok
konvensional. Rokok ini memberikan rasa dan sensasi fisik yang hampir sama
dengan asap tembakau hirup. Tapi, di dalam perusahaan tidak melibatkan
tembakau, asap atau pembakaran.
Pada dasarnya vapor adalah hasil penguapan dari
cairan yang diteteskan ke kapas yang telah dipanaskan oleh listrik. Rokok ini
biasanya berbentuk tabung yang memanjang. Kalau soal baik atau buruknya efek
vapor hingga saat ini belum diketahui secara pasti. Hingga saat ini masih
menjadi pro dan kontra di kalangan masyarakat. Pengertian itu saya ambil
dari Maraisehat.com dan karena masih belum yakin saya mencoba membuka thread
kaskus yangmembahas soal perbedaan Vapor Rokok dan Shisha. Hasilnya seperti ini
:
Stop
Smoking, Start Vaping !! Ada yang salah dengan slogan tersebut. Entah bagaimana
maksudnya, yang jelas, rokok, vapor, dan shisha adalah tiga hal yang sama
secara teknis. Ketiganya sama-sama diisap dan mengeluarkan asap. Lalu, apa
bedanya? Untuk rokok, mungkin kita semua udah pada tahulah, ya?
Nah, kalau vapor itu pada dasarnya, merupakan
rokok elektronik yang kini telah menjadi alternatif bagi sebagian para perokok
dan ada pula yang menjadikannya bagian dari gaya hidupnya. Secara konsep, vapor
merupakan penguapan dari cairan yang diteteskan pada kapas yang dipanaskan oleh
listrik. Sementara shisha atau hookah merupakan alat pengisap tembakau dari
India yang pamornya mulai menyebar ke seluruh dunia. Untuk cara kerjanya nyaris
sama dengan vapor, cuma bedanya, shisha memiliki filter yang lebih kompleks,
karena menggunakan air sebagai media penyaringnya.
Kalau
kamu mengisap rokok, paling mentok hasil pembakaran yang kamu hisap hanya
melalui sebuah busa kecil disalah satu ujung rokok sementara vapor lebih
kompleks.
Dalam vapor terdapat semacam lilitan kawat yang
dialiri oleh listrik yang dapat menghasilkan panas untuk merangsang atau
memanaskan liquid sehingga menghasilkan uap air yang akan memunculkan asap
seperti orang merokok. Cara kerjanya cuma menggunakan sensor yang terdeteksi
akibat adanya udara ( ketika diisap ). Udara itu akan mengaktifkan atomizer
yang seketika akan menyemprotkan isi dalam tabung. Nah, untuk memunculkan asap
seperti orang merokok, perlu bantuan propylene glycol yang terdapat dalam isi
tabung.
Sedangkan shisha, jauh lebih kompleks. Alat untuk
shisha menyerupai sebuah tabung atau lampu minyak yang cukup tinggi kalau
ditaruh di atas meja. Di bagian bawah tabung terdapat sebuah bagian untuk air
dingin yang difungsikan sebagai penyaring. Sementara bagian tubuh yang lebih
ramping sebagai jalur pembakaran. Dan di bagian paling atas adalah bara api
yang digunakan untuk membakar tembakau. Nah, karena filter shisha berupa air,
banyak yang mengira shisha ini lebih aman dan baik untuk kesehatan, dari pada
rokok dan vapor.
Hal
yang menjadikan vapor terlihat aman bagi para konsumennya adalah karena nggak
adanya keterangan berapa besar nikotin yang terkandung dari kemasannya. Meski
sejatinya vapor merupakan alat yang berfungsi untuk mengubah zat-zat kimia
menjadi uap ke paru-paru, tetap aja vapor ini bahaya. Karena sebenarnya,
komponen dari vapor ini terdiri dari komponen penguap, baterai, pengatur
elektronik, dan wadah untuk cairan yang akan diuapkan. Efek samping yang nggak
kalah seramnya, yakni harga alat ini bisa ngalahin biaya hidupmu selama sebulan
di kosan ! Mending buat beli makan.
Untungnya, sampai saat ini belum ada penelitian
resmi yang objektif. Kabar baiknya adalah, vapor nggak mengandung tar seperti
rokok tradisional. Tapi sayangnya, zat-zat dalam vapor ini diduga kuat dapat
menyebabkan penyakit dalam jangka panjang, seperti kanker. Sebab, propilen
glikol, gliserin, nikotin, dan perasa (aroma) juga berkontribusi dalam
nikmatinya vapor.
Sebenarnya masih panjang tulisannya tapi saya takut kena
Copyright wkwk, dan kesimpulan yang saya ambil dari penggunaan Vapor adalah,
penggunaannya ternyata masih bisa dikatakan aman, tetapi tidak bisa dibilang
aman secara keseluruhan 100 % wajib, pengecualian yang saya ajukan terhadap penggunaan
vapor adalah adanya senyawa kimia cair yang terkonfersi menjadi gas. Terdengar
berbahaya memang karena dampak yang ditimbulkan adalah kanker dan kawan kawan
nya. Real Kanker ( cancer ) dan kanker Plesetan juga ( Red : kantong kering )
karena kalo bicara soal harga, vapor memang tidak murah. Tapi, jika berbicara
soal senyawa kimia pemicu Kanker yang ada didalam Vapor berbahaya, menurut saya
kita tidak bisa langsung menjudge bahwa Vapor itu tidak boleh dikonsumsi ( Red
: dihisap). Banyak kok makanan yang sering kita konsumsi yang ternyata sudah
dicampurkan dengan senyawa kimia biar bahanya tetap awet, seperti Mie Instan atau
mungkin kita lebih familiar dengan kata penyedap rasa yang menjanjikan rasa
umami pada makanan yang asal muasalnya dari senyawa kimia MSG atau Monosodium
Glutamate. Semuanya berasal dari senyawa kimia juga gaes !! Pliss deh wkwk
Jadi
stigma tentang Vapor yang berbahaya untuk sementara saya katakan belum mencapai
batas maksimum, karena belum mempunyai bukti empiris, sehingga pendapat miring
saya tentang Vapor memang harus diperbaiki lagi karena tidak seperti rokok,
Vapor terasa sedikit lebih aman.
Bagaimana
dengan anda ? apakah anda punya argument tersendiri atau bukti empiris terhadap
keberadaan Vapor ? Share dikolom komentar yuk !!
0 komentar:
Post a Comment